Sumber: Daily Galaxy | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Ahli geologi menemukan timbunan bijih besi di kawasan Hamersley, Australia Barat. Para ilmuwan tersebut meyakini bahwa timbunan itu berpotensi menjadi cadangan bijih besi terbesar di dunia.
Dilansir dari Daily Galaxy, kawasan tersebut diperkirakan memiliki 55 miliar metrik ton bijih bermutu tinggi. Jika diuangkan, nilainya akan lebih dari US$5,7 triliun.
Praktis, kawasan itu menyimpan deposit besi tunggal terbesar yang pernah tercatat sepanjang sejarah. Temuan ini diprediksi akan berimplikasi pada dominasi global Australia dalam ekspor besi.
Baca Juga: 10 Negara Produsen Baja Terbesar di Dunia: China Memimpin Jauh
Australia Menjadi Pemasok Besi Terbaik di Dunia
Saat ini, harga bijih besi global yang berfluktuasi sekitar US$105 per metrik ton. Temuan baru di Hamersley bisa membuat Australia semakin berjaya sebagai pemasok besi bermutu tinggi jangka panjang.
Menyusul temuan cadangan bijih besi terbesar di dunia tersebut, sejumlah perusahaan pertambangan yang sudah beroperasi di kawasan ini, seperti BHP, Fortescue Metals, dan Rio Tinto, diperkirakan akan mengintensifkan aktivitas mereka.
Di luar dampak ekonomi, temuan ini bisa saja membuka timbunan lain melalui jalur fenomena geologis yang sama. Termasuk wilayah dengan sejarah tektonik kuno, seperti sebagian Kanada, Brasil, dan Afrika Selatan.
"Jika kita dapat melacak hubungan antara siklus superbenua dan kekayaan mineral, maka kita memasuki era baru eksplorasi mineral prediktif," kata Profesor Marco Fiorentini, salah satu peneliti temuan tersebut.
Saat ini, bijih tersebut mengandung lebih dari 60% besi, meningkat dari konsentrasi awal sekitar 30%.
Baca Juga: Daftar 10 Negara dengan Ekonomi Terkuat di Eropa Tahun 2025 Berdasarkan PDB
Terbentuk Miliaran Tahun yang Lalu
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), temuan sumber besi terbesar di dunia ini akan menghubungkan asal usul endapan tersebut dengan periode pergolakan tektonik yang besar, terutama pecahnya superbenua Columbia sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu.
Dalam sebagian besar literatur pengetahuan, Peristiwa Oksidasi Besar (Great Oxidation Event) sekitar 2,2 hingga 2,0 miliar tahun yang lalu dipercaya sebagai asal mula formasi besi berlapis terkaya di Bumi.
Lapisan batuan purba ini telah lama ditambang untuk kandungan besinya. Lapisan ini kaya akan hematit dan magnetit, diyakini sebagai hasil dari oksigenasi atmosfer yang lambat.
Dalam studi terbaru, yang dipimpin oleh para ilmuwan dari University of Colorado dan University of Western Australia, teori tersebut dibantah.
Menurut penulis utama Liam Courtney-Davies, data menunjukkan bahwa peristiwa pembentukan bijih utama terjadi antara 1,4 dan 1,1 miliar tahun yang lalu.
"Ini bukan proses kimia yang lambat selama ribuan tahun. Ini adalah lonjakan pengendapan mineral yang didorong oleh tektonik, yang terkait dengan rekonfigurasi dramatis kerak planet," ungkap Courtney-Davies, seperti dikutip Daily Galaxy.
Baca Juga: 10 Negara Pemilik Emas Terbanyak di Dunia Tahun 2025
Tonton: Wajib Beli Dari Pertamina! Bahlil Kumpulkan Operator SPBU Swasta
Selanjutnya: Pemerintah Akan Kurangi Subsidi Listrik, Siapkan Strategi Gunakan PLTS?
Menarik Dibaca: Biar Anak Bebas Bergerak, Begini Cara Pilih Pakaian yang Tepat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News