kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.379   -30,00   -0,18%
  • IDX 7.515   -0,52   -0,01%
  • KOMPAS100 1.059   -1,97   -0,19%
  • LQ45 792   -4,13   -0,52%
  • ISSI 254   0,61   0,24%
  • IDX30 412   -2,81   -0,68%
  • IDXHIDIV20 470   -3,89   -0,82%
  • IDX80 119   -0,38   -0,32%
  • IDXV30 123   -0,67   -0,54%
  • IDXQ30 132   -1,07   -0,81%

Inilah tujuh newsmakers tahun 2015


Senin, 21 Desember 2015 / 16:04 WIB
Inilah tujuh newsmakers tahun 2015


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Kalau peristiwa yang terjadi ditahun 2015 digambarkan dengan struktur penceritaan tiga babak. Babak pertama langsung naik ke atas. Betapa tidak, di tahun 2015 kita lagsung dihentakkan dengan peristiwa batalnya Budi Gunawan menjadi Kapolri lantaran penetapannya sebagai tersangka pemilik rekening gendut oleh KPK. Kisah pun berlanjut, Polri langsung membalas dengan menjadikan tersangka hampir seluruh  pimpinan KPK. Babak kedua, cerita berjalan tidak terlalu seru. Di DKI Ahok berseteru dengan DPRD soal RAPBD yang di dalamnya ada anggaran siluman yang di antaranya berasal dari pembelian UPS.  Kapal-kapal  asing yang mencuri ikan diledakkan oleh Menteri Susi. Lalu  ada   reshuffle kabinet yang melahirkan menteri yang bisa membongkar kasus lumayan besar. Yang ujungnya membuat RJ Lino, Direktur Utama Pelindo II, menjadi tersangka korupsi pembelian crane.   Babak  ketiga, klimaks dari seluruh peristiwa berujung pada  peristiwa tak elok yang dilakukan oleh Ketua DPR RI Setya Novanto. Pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden untuk meminta saham Freeport  telah membuat Novanto terjungkal.  Ini peristiwa paling memalukan yang dilakukan Ketua DPR. Inilah newsmakers yang membuat peristiwa tersebut.    

Setya Novanto: Perilaku tak elok

Setya Novanto menutup tahun 2015 dengan skandal yang tidak sepantasnya dilakukan sebagai Ketua DPR RI. Novanto seperti kita ketahui mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden untuk meminta saham Freeport. Kasus ini lebih dikenal dengan "papa minta saham". Meskipun koleganya, Fahri Hamzah dan Fadli Zon, getol membela. Tak ketinggalan Koalisi Merah Putih (KMP) juga bergerak dengan mengganti semua anggota MKD yang akan menyidangkan pelanggran etik Novanto. Jebakan betmen yang dirancang, dengan seluruh anggota MKD dari KMP memilih sanksi berat bagi Novanto juga tak mampu membendung keinginan rakyat agar Novanto mundur. Akhirnya sesaat sebelum MKD memutuskan sanksi, Novanto mengundurkan diri (16/12). Agaknya kasus tak elok memang akrab dengan Novanto di akhir tahun, sebelumnya, pada September, kita dikejutkan dengan kehadiran  Setya Novanto dan koleganya yang Wakil Ketua DPR, Fadli Zon,  menghadiri kampanye Donald Trump yang menuai protes keras dari masyarakat. Ulah nyeleneh Novanto lain adalah dikenakannya masker  ketika memimpin sidang paripurna pada Oktober. Entahlah perilaku itu untuk menunjukkan rasa simpati bagi korban asap atau menyindir Jokowi. Yang pasti, Novanto selalu dibela. Setelah lengser dari jabatan Ketua DPR,   dia masih menempati posisi strategis sebagai Ketua Fraksi Golkar. Novanto benar-benar dimanja oleh KMP dan Golkar.

Abraham Samad: Dihujani kasus

Agaknya Abraham Samad harus mengakhiri jabatannya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan menjadi tersangka kasus pemalsuan dokumen yang diaporkan oleh seorang  wanita, Feriyani Lim.  Setelah sebelumnya juga Samad dihajar dengan dugaan pelanggaran etik oleh Pelaksana Tugas (plt) Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto. Dikatakan bahwa Abraham pernah menemui Hasto karena Samad berambisi menjadi wakil presiden.  Kasus ini mencuat satu minggu setelah Abraham Samad menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka. Bahkan, masih di minggu yang sama dengan waktu penetap  tersangka Budi Gunawan, beredar foto  seronok Samad bersama Putri Indonesia 2014, Elvira Devinamira.  Namun, terbukti itu merupakan foto rekaysa. Banyak yang yakin dan percaya bahwa semua kasus yang menimpa Samad akibat keberaniannya membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri dengan menjadikannya tersangka kasus rekening gendut pada 13 Januari.  

Basuki Tjahaja Purnama: Damprat kanan, damprat kiri

Untung ada Ahok, Jakarta jadi ramai. Betapa tidak sejak menjadi Gubernur DKI, Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama langsung beraksi. Lihat saja Udar Pristianto langsung menjadi pesakitan karena kasus korupsi bus Transjakarta. Belum lagi perseteruannya dengan DPRD  DKI menjelang pelantikannya sebagai Gubernur DKI menggantikan jokowi. Lalu perselisihannya dengan DPRD DKI soal terselipnya anggaran sebesar Rp 12,1 triliun   di rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) DKI Jakarta 2015 pada bulan Maret. Ahok menduga, anggaran tersebut berasal dari proyek-proyek titipan DPRD DKI.  Belakangan anggota DPRD yang dimotori oleh Wakil Ketua DPRD Haji Lulung menolak tegas tuduhan Ahok. Bahkan DPRD mengadakan hak angket. Persoalan terus bergulir hingga adanya anggaran siluman pembelian UPS dalam RAPBD.  Perseteruan dengan Lulung makin tajam. Di penutup tahun Ahok harus berurusan dengan seorang ibu muda bernama Yusni Isnaeni soal pencairan dana Kartu Jakartu Pintas (KJP) yang dipotong 10%.  Ahok langsung menuduh Yusri maling, karena KJP memang tidak boleh diambil tunai. Tidak terima, Yusri langsung melaporkan Ahok ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Budi Gunawan: Semua berawal di sini

Adalah penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi saat ia menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan lainnya di kepolisian oleh KPK sebagai awal perseteruan KPK-Polri. Atas penetapan tersangka itu, Budi Gunawan mengajukan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 19 Januari 2015. Hasilnya, pada 16 Februari, PN Jakarta Selatan memutuskan bahwa penetapan tersangka Budi Gunawan tidak sah. Namun, Presiden Jokowi tetap tidak mau melantik Budi Gunawan atas rekomendasi Tim 9.  Presiden kita ini malah menunjuk Badrodin Haiti sebagai Kapolri. Mungkin, peribahasa tak ada rotan akar pun jadi yang digunakan. Akhirnya, Budi Gunawan  dilantik sebagai Wakil Kepala Polri pada Kamis (22/4/2015). Selesai. Ya, tapi perseteruanKPK dan Polri memanas.

Fadli Zon:  Sang pembela

Sepak terjang Fadli Zon boleh dibilang cukup memikat media massa.  Yang paling menyedot perhatian adalah upaya membela Setya Novanto secara “membabi buta”.  Ketika  kasus “papa minta saham” merebak akhir November hingga awal Desember, Fadli Zon selalu menanyakan legal standing dari rekaman.  Ketika dikatakan masalah itu sudah selesai dengan kesaksian seorang ahli bahasa, Fadli malah mengatakan sang ahli tidak terkenallah, tidak punya kompetensi.  Sampai menjelang Mahkamah Kehormatan Dewan bersidang dia masih bersikeras soal legal standing.  Dia juga masih berkeyakinan tidak ada itu perkataan Novanto meminta saham.  Dalam kasus sebelumnya Fadli Zon dan Novanto juga dihujat public karena menghadiri kampanye Donald Trump. Fadli merasa tidak bersalah.  Yang istimewa dari Fadli, ternyata  dia terpilih sebagai Presiden Konferensi Anggota Parlemen Global untuk Melawan Korupsi (GOPAC) pada 8 Oktober 2015. Ini kejutan karena selama ini Fadli terlihat agak anti dengan KPK. Juga banyak yang mempertanyakan, kok, dia tidak hadir dalam peringatan hari antikorupsi dunia, awal Desember ini. Wah.

Rizal Ramli:  Pendekar Rajawali Ngepret

Menteri Koordinator Maritim dijuluki sebagai Pendekar Rajawali Ngepret. Kepretan dari sang pendekar yang satu ini memikat media. Coba saja, baru saja dilantik pada 12 Agustus, dia sudah berseteru dengan Jusuf Kalla perihal listrik 35.000 megawatt. Tujuh hari kemudian masalah ini selesai, katanya tak ada perseteruan. Dengan cuweknya pendekar kita bilang, “Kagak ada apa-apa.”   Bukan cuma itu, dia juga bentrok dengan Menteri BUMN perihal pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia. Ciaaat! Kepretan pendekar Rizal terus berlanjut. Ketika Presiden Jokowi memintanya untuk membereskan masalah-masalah yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok, Rizal langsung melancarkan jurus rajawali ngepret. Akibatnya, dia berkonfliks dengan  Direktur Utama Pelindo II RJ Lino. Apalagi ketika mulai tercium bau tak sedap masalah pembelian crane. Konfliks terus berlanjut hingga ke pansus pelindo II DPR.  Kini sang pendekar rajawali selalu siaga dengan jurus ngepretnya.  Ciaaaat!

Susi Pudjiastuti: Ledakkan kapal asing pencuri ikan

Sejak dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memang berbeda. Gayanya yang santai dan sedikit urakan namun menelurkan kebijakan yang menguntungkan bagi nelayan. Untuk menekan pencurian ikan di perairan Indonesia, Susi mengeluarkan ancaman akan menenggelamkan dan meledakkan kapal asing yang tertangkap mencuri ikan.  Sebagai informasi, pada hari Kebangkitan Nasional lalu (20/5), pemilik maskapai Susi Air ini, menenggelamkan 45 kapal asing.  Dan pada peringatan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia  Susi meledakan 38 kapal asing pencuri ikan. Susi mengatakan, “Aksi ini diharapkan dapat menciptakan efek gentar bagi para pelaku pencuri di wilayah perairan Indonesia.”  Bukan hanya itu, gebrakan Susi, dia juga  tidak segan-segan mencabut izin kapal yang melakukan pelanggaran atas peraturan yang berlaku.  Yang juga menarik perhatian media adalah masalah perbudakan anak buah kapal (ABK) di Benjina yang diungkapkan Susi.   PT Pusaka Benjina Resources segera dibekukan izinnya. Yang juga menarik adalah cerita Susi menjelang reshuffle kabinet Agustus lalu. Susi mengatakan bahwa dirinya ditawari iming-iming Rp 5 triliun agar mundur dari kursi menteri. Susi santainya saja menanggapinya. Bagi Susi Rp 5 triliun tidak berarti dibandingkan dengan amanah yang diembannya untuk menjadikan Indonesia Hebat. Bahkan Susi seperti menertawakan si pemberi iming-iming melalui akun twiter  @susipudjiastuti: "Saya dapat kabar 5T untuk saya walk away. Nilai yang sangat banyak. Saya bangga tarif untuk seorang lulusan SMP begitu mahal".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×