Sumber: Kompas.com | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - NEWSMAKERS. Fadli Zon masih berceloteh perihal pemindahan ibu kota. Alissa Wahid menganggap bendera Bintang Kejora adalah ekspresi Budaya. Fadli dan Alissa memenuhi media selama Rabu dan Kamis pekan ini. Inilah dua tokoh yang membuat kita tidak bisa berpaling.
Fadli Zon, Wakil Ketua DPR
Fadli mendominasi berita dua hari belakangan ini. Agaknya komentarnyalah yang selalu membuatnya menjadi berita.
Lagi-lagi, Fadli Zon menyoroti perihal pemindahan ibu kota negara. Ia menilai rencana pemerintah memindahkan ibu kota negara tidak berdasarkan perhitungan yang jelas dan tepat karena masih banyak proses panjang yang harus dilalui.
"Saya masih anggap ini sebuah wacana ketimbang rencana. Karena kalau rencana sudah ada timing jelas, hitung-hitungan yang jelas. Tapi yang terjadi sekarang lebih wacana yang dilontarkan oleh pemerintah untuk pindahkan ibu kota," ujar Fadli melalui keterangan tertulis, Rabu (4/9).
Selanjutnya, Fadli berpendapat, rencana pemindahan ibu kota sulit direalisasikan jika targetnya lima tahun dari sekarang. Sebab, memindahkan ibu kota bukan hal yang mudah sehingga membutuhkan proses yang tidak sebentar. "Targetnya presiden yang saya dengar kan ibu kotanya pindah 2023-2024, ya menurut saya agak sulit," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9). "Tetapi kalau dia berproses ya jangka waktu 10 tahun, 15 tahun, itu masih masuk akal," ucap dia.
Fadli mengatakan, memindahkan ibu kota lima tahun lagi, selain tak masuk akal, juga tidak ada urgensinya. "Untuk apa begitu kita melakukan pemindahan ibu kota? Urgensinya di mana?" kata dia. Jika alasan pemerintah adalah pemerataan pembangunan, Fadli menyebut, lebih baik dilakukan dekonsentrasi pembangunan ke wilayah-wilayah strategis, bukan memindahkan ibu kota.
"Jadi konsentrasi pembangunan itu bukan memindahkan ibu kota ke tengah-tengah Indonesia. Itu cara-cara kuno," kata dia.
Alissa Wahid, Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia
Masih mengenai bendera Bintang Kejora, Alissa Wahid berpandangan bahwa bendera Bintang Kejora sebagai ekspresi kebudayaan masyarakat Papua seharusnya dihargai dan dihormati.
"Ekspresi kultural itu dijamin termasuk di dalamnya soal bendera itu. Jadi jangan semua dicurigai sebagai aspirasi merdeka," ujar Alissa saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/9/2019). Menurut Alissa, pemerintah sebaiknya mengedepankan pendekatan dialog dalam merespons gejolak yang tengah terjadi di Papua.
Alissa mencontohkan sikap Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang mengakui bendera Bintang Kejora dan lagu "Hai Tanahku Papua" sebagai salah satu simbol kebudayaan.
"Semua ekspresi kultural dihargai saja. Ada kok ruang dialog kalau kita ingin Papua itu menjadi bagian dari Indonesia, bantu mereka untuk percaya pada kita," kata Alissa.♦
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News