Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi
Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (12—16 November 2018) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka.
Susilo Bambang Yudhoyono. Ketua Umum Partai Demokrat
Pekan ini Susilo Bambang Yudhoyono memang menjadi perbincangan. Setelah mengeluarkan pernyataan bahwa partai politik yang tidak mengusung capres dan cawapres suaranya turun, anjlok. Sudah begitu, ada suara dari Demokrat yang menyebut tidak mewajibkan kadernya untuk mendukung Prabowo-Sandi, tetapi sesuai dengan kondisi setempat. Sikap Demokrat yang seperti itu tentu saja memancing komentar dari partai satu koalisinya. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyebut SBY pernah berjanji melakukan kampanye untuk Prabowo-Sandi, namun sampai saat ini hal tersebut belum dilakukan. SBY mengakui bahwa partainya lebih mengutamakan kemenangan di pemilu legislatif ketimbang kemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di pemilihan presiden. Hal ini disampaikan SBY lewat akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Kamis (15/11). SBY mengatakan, semua partai politik yang tak mempunyai perwakilan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019 pasti akan mengutamakan kemenangan di pemilu legislatif terlebih dahulu. Ia meyakini hal ini tidak hanya terjadi pada Partai Demokrat. "Terakhir, saya pikir tak ada satu pun partai politik (yang tak punya capres dalam pemilu serentak ini) yang tak utamakan partainya *SBY*" tulis SBY. Akhirnya SBY menegaskan, dalam pilpres, yang paling menentukan adalah capresnya. Capres adalah "superstar". Karena itu, capres harus miliki narasi dan gaya kampanye yang tepat. Menurut dia, saat ini rakyat ingin dengar dari capres apa solusi, kebijakan, dan program yang akan dijalankan untuk Indonesia lima tahun ke depan. "Kalau ‘jabaran visi-misi’ itu tak muncul, bukan hanya rakyat yang bingung, para pendukung pun demikian. Sebaiknya semua introspeksi *SBY*" tulis SBY.
Sandiaga Uno, Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02
Sandiaga Uno menyampaikan permohonan maaf terkait dirinya melangkahi makam pendiri Nahdlatul Ulama ( NU), KH Bisri Syansuri, yang viral di media sosial beberapa waktu lalu. "Pertama-tama, ya tentunya permohonannya maaf. Manusia itu pasti ada khilaf. Saya hampir tiap hari ziarah ke kubur dan selalu ada pemandunya. Tadi saya ziarah kubur juga ada pemandunya. Dan tanpa mau menyalahkan siapa-siapa, saya harus berani mengambil risiko bahwa ini kesalahan dari saya," ungkap Sandiaga saat diwawancarai usai acara dialog dan ngopi bareng wirausaha milenial di Warkop 45 Jalan Arifin Ahmad, Pekanbaru, Riau, Senin (12/11). Kendati demikian, dia pun mengajak kembali bicara mengenai hal yang esensi, yaitu ekonomi. "Jangan kita masuk ke dalam isu-isu yang menurut saya dan Pak Zul (Zulkifli Hasan) dan teman-teman, itu isu-isu yang tidak terlalu penting untuk pembangunan bangsa kita," terang Sandi. Sebagaimana diketahui, beredar sebuah video Sandiaga Uno ziarah ke makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri, beberapa waktu lalu. Dalam video itu, Sandi melangkahi makam tersebut dan mendapat komentar dari warganet.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta
Pembangunan jembatan multiguna atau skybridge Tanah Abang, Jakarta Pusat, menimbulkan sedikit persoalan. Masalah aset Jalan Jatibaru Raya antara Pemprov DKI Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Skybridge diketahui dibangun di ruas jalan tersebut. Alhasil, Anies Baswedan meminta tidak ada ego sektoral antar-institusi pemerintah terkait pembangunan jembatan multiguna atau skybridge Tanah Abang, Jakarta Pusat. "Pemprov DKI, BUMN, semua customer-nya sama, rakyat Indonesia. Untuk kebutuhan administrasi dibagi-bagi pembagian tugasnya, tetapi jangan kemudian kita berpikir kompartemen," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (13/11). Anies menuturkan, Pemprov DKI membangun skybridge bukan hanya digunakan warga ber-KTP DKI Jakarta. Siapa pun bisa mengakses jembatan itu nantinya. Namun, dia menyebut hal itu bukan masalah. "Memang masih ada yang dibicarakan. Ya sama saja, dalam banyak urusan, memang selalu ada agenda-agenda yang belum selesai, tetapi itu biar jadi bagian dalam proses normalnya," ucap Anies.
Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR
Mengomentari polemik hubungan Partai Demokrat dalam koalisi pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Fahri Hamzah menyebut ada masalah koordinasi. "Memang saya mendengar ada problem konsolidasi di timnya Pak Prabowo. Mungkin memang ada yang belum tuntas diobrolinya. Saya berharap supaya pertarungannya lebih sengit gitu, konsolidasi di timnya Pak Prabowo juga kalau bisa lebih mantap juga," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (15/11). Padahal, menurut Fahri, ada sosok-sosok penting yang bisa menyukseskan Prabowo-Sandiaga di koalisi tersebut. Semua potensi ini seharusnya bisa dikoordinasi dengan baik. Namun, menurut Fahri, kampanye Pilpres 2019 berbeda dari gelaran sebelumnya. Kini, bahkan berlangsung hingga enam bulan. Waktu yang panjang ini dinilainya membuat partai koalisi Prabowo-Sandiaga kelelahan sehingga tidak maksimal dalam kampanye. "Saya kira ini panjang ya. Itu yang saya bilang khawatir orang-orang ini agak letih semuanya karena pertarungan ini terlalu lama," kata dia.
Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri mengaku belum pernah mendengar program yang ditawarkan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Saya bilang, kenapa di pihak sana tidak juga mengatakan 'program saya adalah ini'. Saya belum pernah dengar lo apa yang akan dilakukan. Menjalankan program seperti apa saya tidak tahu," kata Megawati saat memberikan pembekalan kepada caleg PDI-P, di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis (15/11). Megawati lalu menyinggung soal strategi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kerap disebut-sebut digunakan oleh kubu Prabowo-Sandiaga. "Terus ini mau meniru Trump. Ketika Trump terpilih saya sudah bilang, waduh gawat nih kalau Amerika kayak begini," kata Presiden kelima RI ini. Megawati justru menilai kubu Prabowo-Sandi hanya terus mengkritik pemerintahan Joko Widodo. Megawati memerintahkan kepada kadernya untuk melawan hoaks yang diciptakan sebagai serangan politik. Kader PDI-P, menurut dia, harus bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat sesuai dengan fakta yang ada. "Masak kita mau begitu? Rakyat kita dibohongi terus, tidak diberi pelajaran bermanfaat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News