kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

5 Newsmakers: Dari Jusuf Kalla hingga Fahri Hamzah


Sabtu, 04 Agustus 2018 / 09:45 WIB
5 Newsmakers: Dari Jusuf Kalla hingga Fahri Hamzah


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (39 Juli—3 Agustus 2018) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka.

Kahiyang Ayu, Putri Presiden Joko widodo

Cucu kedua Presiden Joko Widodo dari pasangan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution diberi nama Sedah Mirah Nasution. Pengumuman nama tersebut disampaikan oleh Kahiyang dan Bobby.  "Nama putri kami, Sedah Mirah Nasution," kata Kahiyang di Rumah Sakit YPK Mandiri, Jakarta, Jumat (3/8). Kahiyang menjelaskan, Sedah Mirah berasal dari bahasa Jawa. Sementara Nasution diambil dari marga Bobby. "Artinya semoga putri kami menjadi anak yang menawan, soleha dan dermawan bagi orang-orang sekitarnya," kata Kahiyang.  Menurut Kahiyang, nama tersebut merupakan hasil diskusi dari kedua keluarga besar. Namun, Kahiyang dan Bobby belum menentukan nama panggilan putrinya. Sebelumnya pada Rabu (1/8), Jokowi sempat mengumumkan kelahirannya cucunya. "Alhamdulillah, pukul 05.50 WIB tadi telah lahir anak Bobby dan Kahiyang," ujar Jokowi dalam jumpa pers di Rumah Sakit seusai menemani proses kelahiran Kahiyang. Bayi lahir sehat dengan bobot 3,4 kilogram dan panjang 49 cm. Cucu pertama Jokowi bernama Jan Ethes, anak dari putra sulung Jokowi Gibran Rakabuming dan Selvi Ananda.

Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra

Neno Warisman ditolak di Batam, Kepualauan Riau, Prabowo Subianto menyatakan ikut bersimpati atas peristiwa yang menimpanya. Prabowo menilai, Neno tak layak mendapat perlakuan buruk hanya karena ingin menyatakan pendapatnya. Hal itu dikatakan Prabowo saat ditemui seusai bertemu aktivis Neno Warisman di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Selasa (31/7. "Mengganti pejabat itu biasa, enggak usah dibikin heboh," ujar Prabowo.  Apa yang dilakukan Neno, menurut Prabowo, sebenarnya adalah hak menyatakan pendapat yang dilindungi undang-undang dan dijamin oleh konstitusi. "Kita ini negara bebas. Masak ada warga negara yang enggak boleh ke wilayah NKRI? Ini kan tidak baik. Beda pendapat biasa. Ada yang mau ganti presiden, ada yang mau pertahankan presiden ya monggo, silakan, biar rakyat yang menentukan," kata Prabowo.

Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI

Jusuf Kalla angkat bicara soal langkah Partai Demokrat yang memutuskan berkoalisi dengan Partai Gerindra. JK mengaku tidak mempermasalahkan sikap Demokrat yang akhirnya bergabung ke kelompok oposisi, meskipun sebelumnya partai berlambang mercy itu sempat melakukan penjajakan dengan parpol pendukung Jokowi. "Memang pada pemilu 2014 Partai Demokrat lebih netral, jadi mudah untuk ke kiri dan ke kanan sekarang,” ujar Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (31/7).  JK mengatakan, langkah berkoalisi memang harus ditempuh partai-partai yang ingin mengusung calon presiden dan wakilnya pada 2019. Ini untuk memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden sebesar 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional. "Prinsip politik itu tidak ada kawan dan lawan abadi. Yang ada kepentingan. Kepentingan untuk maju, kepentingan untuk menang, kepentingan untuk jadi presiden. Jadi semua mungkin saja. Jadi koalisi itu cocok-cocokan," tambahnya.

Fahri Hamzah, Politisi PKS

Waduh, Fahri menang hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung (MA). Perseteruan antara pimpinan PKS dan Fahri Hamzah sudah berlangsung sejak awal 2016. Saat itu, PKS memecat Fahri sebagai kader. Dengan kemenangan ini Fahri Hamzah berencana menemui mantan Presiden PKS, Anis Matta. Menurut Fahri, Anis Matta merupakan sosok yang tepat untuk menjadi pelopor perbaikan partai. "Saya akan konsultasi dengan Pak Anis menyampaikan yang terjadi di dalam dan ini peta yang ada di luar dari kasus saya kan. Karena dari kasus ini kan semua surat yang pernah dibuat tentang saya itu telah dibatalkan. Termasuk di persidangan dan semua surat di DPR," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/8).   Fahri menyinggung kepemimpinan Anis dahulu ketika PKS diterpa kasus korupsi. Anis saat itu mampu mempertahankan partai. Perolehan suara PKS di Pemilu 2014 tetap stabil. PKS bertahan dengan perolehan suara sebesar 6,79 persen. Namun, sambung Fahri, yang menjadi hambatan saat ini ialah belum ada itikad baik dari Pimpinan PKS untuk berdamai dengannya.  

Yusuf Supendi, Pendiri Partai Keadilan Sejahtera ( PKS)

Yusuf Supendi meninggal dunia, Jumat (3/8).   Menurut putra sulungnya, Fawwaz Abdul Jawwad, Yusuf  meninggal karena serangan jantung. "Bapak divonis serangan jantung oleh dokter di RSCM. Saya sendiri mendapatkan kabar Bapak meninggal tadi pagi jam 04.59 WIB," ujar Fawwaz. Fawwaz mengaku terkejut mendengar ayahnya kena serangan jantung. Sebab, selama ini, sang ayah tidak mempunyai riwayat jantung. "Bapak hanya punya riwayat sakit gula " ujar dia.  Yusuf merupakan pendiri Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera ( PKS). Yusuf juga pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009 dari Fraksi PKS. Namun, pada 2010, Yusuf dipecat dari PKS. Saat itu dia menjabat sebagai wakil ketua Dewan Syariah PKS.  Untuk Pemilu 2019, Yusuf memutuskan untuk menjadi calon anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dengan meninggalnya Yusuf,  Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan menyebut, bacaleg yang meninggal dunia dapat digantikan dengan bacaleg lainnya. "Kalau meninggal dunia bisa digantikan," kata Wahyu di kantor KPU, Jakarta Pusat, Jumat (3/8). Kendati begitu, menurut Wahyu, KPU juga memberi kebebasan bagi parpol jika tak ingin mengganti bacalegnya yang meninggal dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×