Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi
Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (13—16 Desember 2016) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan.
Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR RI
Pekan ini Fahri Hamzah agaknya sedang sumringah. Betapa tidak, putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan yang memenangkan sebagian gugatannya terhadap DPP PKS.Ia mengatakan, putusan tersebut sebagai hadiah bagi para kader PKS di seluruh Indonesia yang dalam setahun terakhir berada dalam keadaan dilematis. Fahri juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang tetap bersabar dalam kondisi tersebut. "Mereka betul-betul menghadapi situasi dimana sebagian dari perintah struktur (partai) untuk tidak berkomunikasi dengan saya. Tetapi teman-teman menganggap bahwa itu adalah perintah kekanak-kanakan yang tidak perlu diikuti sehingga mereka tetap bertemu dan berkomunikasi dengan saya," ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/12). Termasuk terhadap Fraksi di DPR. Fahri menyebut, fraksi juga dilarang oleh struktur untuk berkomunikasi dengannya.
"Bayangkan saya setahun jadi anggota fraksi enggak diajak rapat. Kayak tinggal serumah sama istri, tapi enggak diajak sarapan pagi dan tidak diajak kumpul-kumpul," ucap dia. Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring menampik adanya larangan komunikasi kader PKS terhadap Fahri Hamzah."Masak (melarang). Bagaimana cara kita membatasi dan melarang orang bicara? Enggak bisa," ujar Tifatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/12).
Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur Nonaktif DKI
Yang juga menjadi pembicaraan pekan ini adalah menangisnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat membacakan nota keberatan (eksepsi). Dia tak kuasa menahan tangis saat bercerita tentang kedekatannya dengan keluarga angkatnya yang muslim. Selain itu, dalam kehidupan pribadinya, dia banyak berinteraksi dengan teman-temannya yang beragama Islam. "Saya tahu harus menghormati ayat suci Al Quran," kata Ahok di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajahmada, Jakarta, Selasa (13/12).
"Saya tidak habis pikir kenapa saya dituduh sebagai penista agama Islam? Keluarga angkat saya dari keluarga muslim. Saya diangkat sebagai anak Bapak Baso Amir dan Haji Misribu." Menanggapi peristiwa ini, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzahmeyakini bahwa Basuki Tjahaja Purnama yang menangis saat membacakan nota keberatan atau eksepsi merupakan sebuah sikap yang tulus. "Kalau saya jadi Ahok, saya juga nangis," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Adapun Wakil Ketua DPRD DKI JakartaAbraham "Lulung" Lunggana tertawa ketika ditanya pendapatnya tentang peristiwa itu. "Ha-ha-ha, akting nangis dia. Masak bapaknya dibawa-bawa, Gus Dur dibawa-bawa, itu mah akting namanya," ujar Lulung.
Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar
Pekan ini Setya Novanto menjalani pemeriksaan terkait Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama sekitar tujuh jam, Selasa (13/12). Novanto kembali membantah tudingan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M Nazaruddin, yang menyebut keterlibatan Novanto dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP itu. "(Nyanyian Nazar) tidak benar itu," kata Novanto, di Gedung KPK, Jakarta. Nazaruddin menuding Novanto membagikan fee proyek e-KTP kepada sejumlah anggota DPR. Novanto juga disebut mengutak-atik perencanaan dan anggaran proyek senilai Rp 5,9 triliun tersebut. Menurut Novanto, memenuhi panggilan KPK lebih penting daripada menghadiri rapat paripurna di DPR untuk dapat mengklarifikasi informasi terkait dirinya. "Ini sangat penting untuk bisa saya klarifikasi secara keseluruhan dan semuanya sudah saya jelaskan (kepada penyidik KPK)," kata dia.
Eko Hendro Purnomo, Anggota DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional
Belum hilang dari ingatan peristiwa penangkapan teroris bom. Eh, Eko Hendro Purnomo alias Eko "Patrio" terseret kasus tersebut. Bukan. Eko hanya diminta mengklarifikasi pernyataannya yang ditayangkan di media online yang menyatakan bahwa penangkapan teroris di Bekasi merupakan pengalihan isu. Eko menyangkal bahwa itu pernyataannya karena dia tak pernah diwawancarai atau dimintai pendapatnya terkait penangkapan teroris. Karena itu, dia telah mempersiapkan laporan ke Bareskrim Polri terhadap tujuh media online. Ia memberi waktu selama 1x24 jam bagi media-media tersebut untuk mengklarifikasi pemberitaannya. "Perlu juga membuat laporan dan nanti akan ditelusuri pihak yang mana yang mengarang bebas," ujar Eko, di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (16/12). Jika dalam waktu yang ditentukan tak ada iktikad baik dari media yang menayangkan berita itu, laporan Eko akan diproses. "Sebagai warga negara yang baik, saya support dan mohon bantuan pihak kepolisian untuk mengusut. Kemudian berharap secepatnya diselesaikan agar masyarakat tidak resah," kata Eko.
Agus Harimurti Yudhoyono, Calon Gubernur DKI
Pekan ini pasangan calon Gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana menjadi pembicaraan karena tidak hadir dalam acara debat calon gubernur DKI Jakarta yang diselenggarakan Kompas TV pada Kamis (15/12) malam. Agus tidak mengikuti acara debat cagub tersebut karena memilih bertemu dengan warga di kawasan Cipete Utara, Jakarta Selatan, Kamis sore. "Saya tidak hadir, masih dengan rakyat. Saya masih di sini. Saya memilih untuk menyibukkan diri bersama rakyat, mendengarkan langsung aspirasi rakyat," kata Agus. Ketika ditanya apakah dia akan hadir atau tidak jika ada undangan debat cagub dari media atau di luar acara debat resmi dari KPU DKI. "Saya ingin bersama rakyat," ujar Agus sembari mengalihkan pandangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News