kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

5 Newsmaker: Dari Megawati hingga Daoed Joesoef


Sabtu, 27 Januari 2018 / 05:05 WIB
5 Newsmaker: Dari Megawati hingga Daoed Joesoef


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (22—26  Januari 2018) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka

Setya Novanto, Mantan Ketua DPR

Setya Novanto merasa kehidupannya berubah total sejak menjadi tersangka dan ditahan KPK. "Sekarang jadi anak kos, he-he-he. Sekarang rakyat jelata," kata Setya Novanto, sebelum menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (25/1). Tinggal di dalam tahanan benar-benar mengubah kebiasaan dan gaya hidup Novanto. Menjadi tahanan, Novanto diwajibkan mengurus dirinya sendiri. “Sekarang jadi rakyat. Sekarang kami berbagi ngepel, nyapu, nyuci piring. Saya kebagian cuci piring sajalah," kata Novanto.  Berada di dalam tahanan juga mengubah menu makanan Novanto. Misalnya, sebelum menjalani persidangan, Novanto mengaku hanya sarapan mi instan. Menurut Novanto, saat paling menyenangkan adalah saat setiap tahanan mendapat kiriman makanan dari keluarga yang datang membesuk. Biasanya, makanan kiriman dinikmati bersama-sama tahanan lain. "Menunya, ya, ganti-ganti, tetapi kami biasa dapat kiriman dari keluarga. Kami saling sharing satu sama lain. Sama-sama susah, kan," kata Novanto.

Megawati Soekarnoputri, Presiden kelima RI

Berulang tahun yang ke-71 Megawati Soekarnoputri merayakan dengan menggelar pertunjukan teater di Gedung Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Selasa (23/1). Pertunjukan itu bertajuk "Satyam Eva Jataye" karya seniman Butet Kertaradjasa. Satyam Eva Jayate adalah semboyan dari bahasa Sansekerta yang berarti hanya kebenaran yang berjaya. Sebelum acara dimulai, Megawati sempat mengeluhkan susahnya mendapatkan gedung pertunjukan di Jakarta. "Sampai hari ini, menurut saya, Indonesia yang begitu kaya budaya, yang begitu kaya dengan tradisi, sangat miskin untuk mempunyai suatu tempat yang sangat representatif," ujar Megawati di Gedung TIM, Jakarta.  Saat menjabat sebagai presiden, Megawati mengaku sudah memiliki rencana untuk membangun gedung teater dengan kapasitas hingga 3.500 orang. Namun, lantaran ia tak terpilih lagi, rencana itu batal terealisasi. Kegagalan Megawati membangun gedung teater saat menjabat sebagai presiden kini disesali putri Presiden pertama RI Soekarno itu. "Sekarang saya ternyata mengalami, saya cari satu tempat (pertunjukan) yang bisa memuat 2.000 orang saja, ternyata tidak ada," kata Megawati.

Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra     

Fadli Zon menilai Presiden Joko Widodo tidak konsisten dengan komitmen politiknya dengan mengizinkan dua menteri dari Partai Golkar merangkap jabatan sebagai pengurus partai. Sebab, pada awal penyusunan kabinet, Jokowi sempat melarang menteri di Kabinet Kerja untuk merangkap jabatan sebagai pengurus partai karena dikhawatirkan mengganggu kinerja. "Saya kira Presiden Jokowi tidak konsisten, antara kebijakan dengan pelaksanaan. Ketidakkonsistenan ini dampaknya buruk," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/1). Dia menambahkan, semestinya pada awal pembentukan kabinet, Jokowi tidak melarang menterinya merangkap jabatan sebagai pengurus partai. Jika itu dilakukan, maka Jokowi tetap terlihat konsisten. "Artinya seperti waktu itu (tidak mencopot Airlangga Hartarto dari kabinet), Presiden menjilat ludahnya sendiri," ujar Fadli.

Tito Karnavian, Kepala Polisi RI

Menjelang  pilkada serentak 2018, Tito Karnavian melihat ada potensi kerawanannya tak terlalu tinggi dibandingkan dengan Pilkada 2017. "Kenapa? Karena tidak banyak partai oposisi dan partai pendukung pemerintah berbeda. Banyak mengusung calon yang sama. Jadi terjadi crossing," kata Tito dalam Rapim Polri 2018 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jakarta, Rabu (24/1). Kata Tito, rata-rata partai pendukung pemerintah dan partai oposisi berkolaborasi.  "Ada beberapa antara partai oposisi dan partai pemerintah yang calonnya beda. Tapi latar belakangnya relatif tidak bisa dieksploitasi. Tapi sekali lagi rata-rata banyak yang berkolaborasi," kata dia. Alhasil,  menurut Tito, potensi emosional yang lebih besar muncul dalam Pilkada 2018 adalah emosional perorangan, dibandingkan dengan emosional poros partai. "Ini berbeda dengan kasus (Pilkada) Jakarta," ungkap mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.

Daoed Joesoef, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Orde Baru

Daoed Joesoef, meninggal dunia, Selasa (23/1) pukul 23.55 WIB, akibat sakit jantung.  Menantu Daoed, Bambang Pharmasetiawan, menjelaskan, sebuah ring sudah dipasang di jantung Daoed sejak ia berusia 73 tahun.  Awalnya, kata Bambang, Daoed sangat memperhatikan kesehatannya. Tak heran, kondisinya masih terlihat prima saat memasuki usia 90 tahun.  "Namun akhir-akhir ini, terutama setelah Beliau menyelesaikan bukunya November 2017 lalu, Beliau itu susah sekali dinasihati," ujar Bambang di rumah duka, Jalan Bangka VII, Jakarta Selatan, Rabu (24/1). Puncaknya, pada 1 Januari 2018, kondisi kesehatan Daoed menurun. Namun, ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Keluarga baru berhasil membawa Daoed ke rumah sakit pada 20 Januari 2018, seusai merayakan ulang tahun ke-1 cicitnya, Natasha. "Beliau enggak mau dibawa ke rumah sakit karena mau merayakan ulang tahun cicitnya. Nah setelah selesai perayaan, sorenya baru Beliau mau dibawa ke rumah sakit," ujar Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×