kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah Tiga Sosok Fenomenal 2016


Sabtu, 10 Desember 2016 / 05:00 WIB
Inilah Tiga Sosok Fenomenal 2016


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Selama setahun banyak peristiwa yang terjadi. Namun, ada peristiwa yang begitu fenomenal. Masih ingat Setya Novanto yang terenggut dari kursi Ketua DPR di akhir tahun lalu, kemudian lolos dari kasus “Papa Minta Saham” , dan mengambil kembali kursi yang pernah ditinggalkannya. Ada juga Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang begitu fenomenal dengan karakter dan kebijakan-kebijakannya namun harus terhambat oleh kasus penistaan Agama. Ada lagi Sri Mulyani Indrawati yang kembali ke kandang lamanya sebagai Menteri Keuangan dengan meninggalkan kursi bergengsi dunia sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Inilah tiga sosok fenomenal 2016.

Setya Novanto, Ketua DPR RI

Perjalanan politik tokoh kita ini memang fenomenal.  Cerita bermula ketika tokoh kita yang satu ini mengundur diri dari kursi Ketua DPR RI pada Desember 2015 karena kasus “Papa Minta saham”.  Pada 17 Mei, Novanto terpilih menjadi Ketua Umum Golkar Periode 2016—2019. Sebelumnya, pada Januari 2016 polisi menghentikan kasus “Papa Minta Saham”. Di bawah kepemimpinannya Golkar berbalik arah mendukung pemerintahan Jokowi meninggalkan koleganya di Koalisi Merah Putih. Manuver Novanto yang tak terduga adalah dia akan kembali menduduki kursi Ketua DPR setelah keluar keputusan Mahkamah Konstitusi. Novanto pun melaju ke kursi Ketua DPR tanpa susah payah. Pasalnya, di tengah wacana yang mengerucut perihal penggantian Ketua DPR, tiba-tiba Ade Komarudin dipecat oleh MKD karena telah melakukan sejumlah pelanggaran etik. Ade diberi sanksi hukuman sedang dengan diberhentikan dari posisinya sebagai Ketua DPR. Setya Novanto kembali bersama kolega lamanya, Fadli Zon dan Fahri Hamzah, memimpin DPR.   

Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur Nonaktif DKI Jakarta

Nama Ahok selama 2016 menjadi buah bibir.  Aksi Ahok yang menggusur-gusur bangunan di beberapa wilayah acap menuai protes dari warga. Yang paling menarik perhatian publik adalah ketika dia menginstruksikan untuk menertibkan kawasan Kalijodo pada sekitar Maret 2016. Warga kalijodo melawan. Namun, semua bisa diatasi, dan tokoh Kalijodo, Daeng Azis, pun terjerat dalam beberapa kasus.  Yang juga membikin warga Jakarta panas dingin adalah menjelang persiapan Pilkada DKI. Ahok awalnya  akan maju lewat jalur independen dengan mengumpulkan satu juta KTP. Upaya pengumpulan KTP ini pun menuai pelecehan. Ketua Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra  Habiburokhman  bahkan sampai berujar akan terjun bebas dari Puncak Monas kalau Ahok benar-benar bisa mengumpulkan satu juta KTP.  Ketika Teman Ahok berhasil mengumpulkan satu juta KTP, Habiburokhman tak pernah terjun dari Monas. Ahok pun pada akhirnya maju lewat jalur partai. Sayangnya, Ahok harus mengerem gaya bicaranya yang ceplas-ceplos ketika dihantam kasus dugaan penistaan agama. Bahkan, pada 16 November 2016 Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama tapi tidak ditahan. Hal itu yang memicu aksi Bela Islam I dan II. Menutup tahun 2016, Ahok mulai disidang di pengadilan.       

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan

Ketika Sri Mulyani Indrawati dikabarkan akan menjadi Menteri Keuangan pada kabinet Jokowi respon pasar langsung positif. Citra positif Sri Mulyani, menurut Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, meningkatkan kepercayaan investor untuk semakin mantap menempatkan dananya di dalam negeri.  Sejatinya yang cukup membuat orang terhenyak adalah sikap Sri Mulyani yang langsung menerima tawaran sebagai Menteri Keuangan. Padahal, dia sudah menempati kursi empuk sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.  Alhasil, penghasilannya pun langsung merosot banyak sekali. Sebagai Direktur Bank Dunia gaji Sri Mulyani Rp 8,25 miliar per tahun, gaji menteri hanya Rp 216 juta saja. Agaknya Jokowi memang memerlukan perempuan yang pernah menjadi Menteri Keuangan pada masa Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengawal kebijakan ekonominya. Nyatanya, program tax amnesty dikawal ketat oleh perempuan yang satu ini.  Ketika menghadapi hambatan, Sri Mulyani yang dilantik sebagai Menteri Keuangan pada Rabu (27/7), bisa juga keras. Ketika tax amnesty mendapat hambatan dari Pemerintah Singapura dengan tegas Sri Mulyani berujar, “Kalau ada pihak yang menghalangi, sampaikan ke saya siapa, bank yang mana, alamatnya di mana, sehingga saya akan mengecek apakah benar itu." Meskipun begitu, dana repatriasi dari Singapura mencapai Rp 39,4 triliun.  Saat ini Sri Mulyani sedang mengoprek-oprek para bankir agar ikut tax amnesty.   "Kalau ada bankir yang tidak ikut tax amnesty, saya minta IBI mencabut sertifikasinya," ujar Sri Mulyani saat menghadiri Economic Outlook 2017 di Jakarta, Jumat (9/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×