kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

5 Newsmakers: Dari Fadli Zon hingga Budi Waseso


Sabtu, 05 September 2015 / 05:30 WIB
5 Newsmakers: Dari Fadli Zon hingga Budi Waseso


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (31 Agustus—4 September 2015) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers  yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan.

Fadli Zon, Wakil Ketua DPR

 

Di akhir pekan ini media ramai memberitakan perihal munculnya Fadli Zon dan Ketua DPR  Setya Setya Novanto pada konferensi pers calon presiden Partai Republik untuk pemilu Amerika Serikat tahun 2016, Donald Trump.  Fadli Zon membantah bahwa dirinya dan Setya Novanto memberikan dukungan politik kepada Trump.  "Ya enggak. Apa urusannya kita dengan Pilpres AS, punya suara juga tidak," kata Fadli saat dihubungi wartawan, Jumat (4/9). Namun, yang disesalkan dalam pertemuan tersebut, Novanto sempat mengklaim bahwa rakyat Indonesia menyukai sosok Trump.

Teten Masduki, Kepala Staf kepresidenan
Presiden Jokowi  melantik Teten Masduki sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Teten di Istana Negara pada Rabu (2/9) pagi.  Teten sebelumnya merupakan Tim Komunikasi Presiden yang berada di bawah Kementerian Sekretariat Negara. Usai dilantik Teten mengaku akan terus berkoordinasi dengan Presiden Joko Widodo dalam mengemban tugas barunya. Ia ingin Kantor Staf Presiden (KSP) tetap berjalan senyap dan loyal kepada presiden. Yang paling penting, " Staf Kepresiden betul-betul bekerja secara senyap dan harus betul-betul loyal kepada Presiden. Loyal itu terutama enggak boleh ada agenda lain," kata Teten, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/9/2015). Selain itu, Teten juga menginginkan  KSP menjadi lembaga yang mencari dan menganalisis informasi agar semua kebijakan pemerintah berjalan tepat. Ia berharap, KSP dapat optimal monitoring program kementerian yang terhambat agar berjalan sesuai harapan masyarakat.

Budi Waseso, Kepala Badan Narkotika Nasional
Pekan ini yang paling menarik perhatian di media adalah perihal pergantian Komjen Budi Waseso sebagai Kabareskrim. Mulai dari isu pergantian hingga akhirnya Budi Waseso dimutasi  sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), media selalu memberitakan dengan gegap gempita.  Yang menarik isu pergantian itu, katanya, karena Budi acap membuat kegaduhan.  Namun, Budi Waseso membantah jika dirinya disebut membuat gaduh selama menjabat Kabareskim Polri. Ia merasa bekerja untuk penegakan hukum. "Enggaklah, saya tidak pernah buat gaduh. Saya hanya kerja demi penegakan hukum dan tidak buat gaduh," ujar Budi di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/9). Soal jabatan barunya sebagai Kepala BNN, Budi menganggapnya sebagai reward. "Secara eselon, jelas kepala BNN lebih tinggi, apalagi saya ini langsung di bawah presiden. Justru ini jadi reward bagi saya," ujar Budi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (4/9/2015) pagi. "Ini juga bukti bahwa tidak ada itu bahwa saya dilengserken, dicopot, dan sebagainya. Saya itu malah naik kok," lanjut dia.

Amien Rais, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN)
Di tengah riuhnya pemberitaan larinya PAN ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH), Amien Rais mernjelaskan bahwa pernah berbicara dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar versi Musyawarah Nasional Bali Aburizal Bakrie pada bulan Ramadhan lalu perihal ide bergabung dengan koalisi pemerintah. "Saya sampaikan intinya mengapa kita tidak membuka komunikasi yang enak dan menguntungkan," ujar Amien saat jumpa pers di kediamannya di Pandean Sawitsari Condongcatur, Sleman, Kamis (3/9/2015). Amien menuturkan, komunikasi yang baik dengan pemerintah merupakan upaya untuk sharing of power dan sharing of responsibility. Pasalnya, lanjut Amien, kondisi ekonomi sedang kritis karena ada pihak luar yang berupaya mengacak-acak perekonomian Indonesia.

Anang Iskandar, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri
Anang Iskandar  mendapat tugas baru sebagai Kabareskrim. Sebelumnya, Anang adalah Kepala Badan Narkotika  Nasional.  Apakah dia akan seperti Budi Waseso? Menurut Anang, gaya yang digunakan oleh masing-masing penegak hukum tidak bisa disamaratakan. "Proses penindakan itu ada rohnya, jadi seperti ini, itu seni. Caranya setiap orang berbeda, gaya pasti berbeda, dan itu baru bisa dilihat dari tugas teknis di lapangan," ujar Anang saat ditemui di Gedung BNN, Jakarta Timur, Jumat (4/9). Meski demikian, menurut Anang, teori yang wajib dipahami para personel kepolisian adalah, proses penegakan hukum harus dilakukan dengan menjaga ketertiban masyarakat. Menurut Anang, penegakan hukum harus juga memastikan situasi tetap kondusif.  Selamat bertugas Pak Anang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×