kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

5 Al-Qur'an tertua di Indonesia


Rabu, 31 Mei 2017 / 12:00 WIB
5 Al-Qur'an tertua di Indonesia


Reporter: Deni Riaddy | Editor: Deni RIaddy

Aktivitas penulisan mushaf di Indonesia,sudah berlangsung sejak akhir abad ke-13, ketika Kerajaan Samudera Pasai berkuasa. Sayangnya, jejak msuhaf di masa tersebut tak terlacak hingga kini. Baru pada tahun 1519 M., naskah Al-Qur’an karya tokoh ulama bernama al_Faqih as-Salih Afifuddin Abdul Baqi bin Abdullah al-Adni ditemukan di Ternate, Maluku Utara. Pada tahun-tahun berikutnya kemudian banyak ditemukan pula Mushaf Al-Qur’an di berbagai pelosok negeri. Seperti mewakili langkah penyebaran agama Islam di Indonesia. Berikut 5 Al-Qur’an tertua di Indonesia versi Kontan.

Nama : La Lino
Bahan : Kertas dari Eropa berukuran 35 X 22 cm (Teks 15 X 12,5 cm) tebal 598 halaman
Dibuat : Tahun 1815
Pemilik : Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal (BQMI)
Tersimpan di : Museum Baitul Qur’an Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Keterangan : - Alquran ini merupakan wakaf dari Hajah Siti Maryam Rahmat Salahudin, putri ketujuh sultan Bima terakhir, Sultan Mahmud Salahudin. Mushaf inilah salah satu naskah Alquran paling tua yang berasal dari Indonesia. Mushaf Al Quran ini ditulis oleh Syekh Subur, seorang Imam Masjid Kesultanan Bima sekaligus guru dari Sultan Alaudin yang memerintah pada 1731 -1748 M. Selanjutnya jejak syekh Subur dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Abdul Gani Bima, guru besar di Madrasah Haramayn Masjidil Haram di penghujung abad 19.
    - Kata “Lino” dalam pengertian Bima berarti tumpah ruah, memenuhi dan menaungi.  Lino adalah ungkapan yang menjurus kepada air dan hamparan samudera yang luas. Sedangkan kata awal La lebih tertuju pada orang. Nama yang mengarah ke air adalah kerangka syariat. Jadi La Lino adalah nama yang berwawasan syariat.  La Lino juga adalah bagian dari ekspresi sufistik dan tasauf yang berkembang pesat di Bima pada abad 17 M.
    - La Lino dihiasi ukiran ragam hias yang bernuansa Islami, cukup detail dan kaya ekspresi. Tanda bacanya memadukan warna emas,merah,hijau, biru dan kuning. Kini tersimpan rapi di Museum Baitul Qu’an TMII Jakarta dan menjadi asset bangsa Indonesia.Menurut Sufrin Kambera (Petugas TMII asal Bima), La Lino berbahan kertas Eropa, dengan CounterMark tertera “ John Hayes 1815”.  Iluminasi bergaya khas Nusantara dengan warna emas , merah, hujau, biru dan kuning , di halaman awal – tengah dan akhir Al-Quran sangat bagus , dikerjakan dengan ketelitian luar biasa, kualitas seperti bisa di sejajarkan dengan seni mushaf dari kawasan timur tengah.
Sumber foto : cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Nama : Kanjeng Kiai Al Qur'an
Bahan : Kulit biasa, berukuran 40 X 28 cm (Teks 32 X 20 cm) Terbal 11 cm. 575 halaman, 30 juz lengkap
Tahun Dibuat : Tahun 1797 
Pemilik : Istri RT Notodiningrat anak pangeran Notokusumo
Tersimpan di : Mushaf Pusaka Keraton Yogyakarta
Keterangan : - Mushaf  ini ditulis oleh seorang pegawai Kraton Surakarta bernama Ki Atma Parwita dalam waktu dua setengah bulan pada tahun 1724 (Jawa) atau bertepatan dengan 1212H dan 1797 M.  Mushaf Al-Qur'an ini awalnya milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedhaton, putri Sultan Hamengkubuwana II (1772-1828). Diajarkan oleh gurunya, Haji Mahmud kepadanya. Pemilik naskah ini adalah istri dari RT Notodiningrat, anak pangeran Notokusumo.
    - Sampulnya berbahan kulit dengan hiasan sederhana.Khat yang digunakan adalah Naskhi. Jenis rasmnya campuran antara rasm usmani dan imla'i. Menggunakan tinta hitam (untuk huruf) dan merah (untuk harakat panjang). Tanda ayat menggunakan lingkaran kuning, tanpa nomor ayat. Pada ayat terakhir yang berbatasan dengan juz, ditandai dengan lima lingkaran. Setiap awal surah ditandai dengan kotak yang di dalamnya tertulis nama surah, jumlah ayat, dan tempat diturunkannya. 
    - Ditulis dengan huruf Arab dengan teknik pilinan.Mushaf ini bisa dikatakan penuh hiasan.Setiap halaman terdapat hiasan dengan komposisi warna merah, emas, biru, hitam, pink,dan hijau muda. Motif hias pada halaman biasa berupa sulur bunga, motif saton, serta garis tegas yang membingkai teks dengan warna emas dan merah. Pada halaman awal juz lebih banyak lagi hiasan, berupa tiga buah setengah lingkaran, masing-masing terletak di bagian tengah atas, bawah dan samping halaman. Padahiasan setengah lingkaran samping ditulis 'juz'dengan tinta emas.Iluminasi lebih 'mewah' terdapat pada awalmushaf (Surah al-Fatihah dan al-Baqarah), tengahmushaf (Surah al-Kahf), dan akhir mushaf (Surahal-Falaq dan an-Nas). 
Sumber foto : kerajaannusantara.com

Nama : Mushaf Kasultanan Sumbawa
Bahan : Kertas dari Eropa
Tahun Dibuat : 2 Oktober 1785
Pemilik : Keluarga Kesultanan Sumbawa di Sumbawa
Tersimpan di : Bala Kuning, Rumah Pusaka Kediaman Sultan Sumbawa
Keterangan : - Mushaf ini disalin tahun 1785 pada masa Sultan Harun ar-Rasyid (memerintah 1777-1791). Ditulis oleh penyalin Bugis bernama Muhammad bin Abdullah al-Jawi al-Bugisi – demikian ia menulis nama dirinya (lihat “Tiga Kolofon Qur’an Sumbawa” di bawah). Tak pelak, memang mushaf beriluminasi indah pada bagian awal, tengah, dan akhir ini mempunyai pengaruh Bugis yang kuat, khususnya terlihat pada penulisan teks Qur’annya. Adapun dalam motif ragam hiasnya, tampak berbeda dengan umumnya ragam hias Bugis.
    - Kolofon (bahasa Inggris: colophon) adalah catatan pada naskah kuno yang biasanya berupa informasi tentang tarikh penyalinan, nama penyalin, pemrakarsa, dan sebagainya. Biasanya terletak di bagian akhir naskah. Kebanyakan naskah kuno Nusantara tidak memiliki kolofon, namun ada tiga mushaf dari Sumbawa yang memiliki catatan yang cukup lengkap, sehingga kita dapat mengetahui nama penyalin dan tarikh penyalinannya. Ketiga kolofon ini ditulis dalam bahasa Arab, menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Arab para penyalin mushaf cukup baik.
    - Al Qur’an beriluminasi indah ini, belum lama ini dikonservasi di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Konservasi yang dimaksud adalah dengan cara dilaminasi, yaitu dilapisi kertas khusus untuk melindungi kertas aslinya yang sudah rapuh. Memang permukaan Qur’an menjadi agak buram, tidak sejelas aslinya. Namun dengan konservasi, mushaf ini sekarang menjadi lebih kuat dan bisa dibuka dengan leluasa.
Sumber foto : kompasiana.com

Nama : Qari
Bahan : Kertas tebal dari Turki, Sampulnya dari dari kulit hewan
Tahun Dibuat : 18 Februari 1585 M
Pemilik : Kesultanan Ternate
Tersimpan di : kedaton Kesultanan Ternate dan Sigi Lamo (masjid Kesultanan)
Keterangan : - Naskah-naskah Alquran ini pernah dipajang di Festival Istiqlal di Jakarta dan mendapat pengakuan secara nasional sebagai naskah tertua di nusantara. Mushaf yang dikenal dengan sebutan qari ini saat ini tersimpan di kedaton Kesultanan Ternate dan Sigi Lamo (masjid Kesultanan). Naskah Al Qur'an ini ditulis di Ternate oleh ulama asal Yaman, Syekh Al-Faqih Al-Shalih Afifudin. Penulisan mushaf ini rampung di tahun 1585 Masehi, di masa kekuasaan sultan ke-26, Sultan Said Barakati.
    - Penulisan ketiga mushaf ini menggunakan kalam dengan tinta China yang sudah dicampur emas. Tinta china ini dimasak ulang kemudian dicampur dengan kulit pohon besi, dan kulit dari kayu manggustan. Menurut Ridwan, tinta ini sangat awet. Sementara kertas yang digunakan adalah kertas tebal yang berasal dari Turki. Sampul mushaf terbuat dari kulit hewan. Iluminasi atau lingkaran sekitar lembaran mushaf menggunakan bunga gambir, divariasikan dengan buah pala dan cengkih. Dan di setiap akhir ayat ditaburi dengan sepuhan emas murni.
    - Lantaran usianya yang sepuh, Alquran ini hanya dibaca pada saat-saat tertentu. Biasanya pada bulan Ramadan saat tadarus malam ke-10. Tradisi membaca Alquran di Sigi Lamo saat Ramadan adalah harus khatam sebanyak 3 kali. Pembacaannya juga harus di depan mimbar, dilakukan oleh imam dan khatib. Muadzin tidak boleh membacanya. Saat malam ke-29 Ramadan, khatam Quran dipusatkan di kedaton.
Sumber foto : plus.google.com

Nama : Mushaf Saleh Panggo Gogo
Bahan : Kulit kayu  dengan tulisan tangan
Tahun Dibuat : Tahun 1519 
Pemilik : Saleh Panggo Gogo
Tersimpan di : Masjid tua masjid di Desa Lerabaing, Kabupaten Alor
Keterangan : - Konon menurut kisah, Al quran yang dibuat dari kulit kayu dengan tulisan tangan itu, adalah peninggalan kesultanan Tarnate ketika mereka membawa Islam masuk ke Kabupaten Alor sekitar tahun 1519 masehi. Saat ini Al Quran tersebut disimpan oleh Saleh Panggo Gogo yang merupakan generasi ke-13 keturunan Iang Gogo dari kesultanan Tarnate.
    - Al-Quran kuno ini dibawa ke Alor Besar pada 1519 M oleh Iang Gogo yang merantau bersama keempat saudaranya dengan misi penyebaran Agama Islam hingga ke Alor. Saat itu, Al-Quran ini dibawa pada masa Kesultanan Babullah lima bersaudara berlayar dari Ternate dengan menggunakan perahu layar yang menurut riwayat bernama Tuma Ninah, yang berarti “Berhenti/Singgah Sebentar”. 
    - Ada cerita unik sehubungan dengan Al Qur’an ini, saat itu terjadi kebakaran besar yang melanda rumah pondok tempat menyimpan kitab tua ini yang menghanguskan seluruh bandan dan isi rumah termasuk semua benda-benda peninggalan Iang Gogo yang dibawa dari Ternate. Tetapi anehnya, Al-Quran tertua ini tidak terbakar dan hingga saat ini masih tetap terawat dan utuh.
Sumber foto : gomuslim.co.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×